Kamis, 31 Maret 2011
Manusia dan Penderitaannya (II)
Berbagai bentuk penderitaan yang dialami manusia bila yaitu negatif dan positif. Secara negatif hal tersebut dapat terjadi karena prasangka berlebihan yang berasal dari dalam diri seseorang sehingga dia menderita seperti kesepian karena tidak mampu (minder) untuk bersosialisasi dengan orang lain, ketakutan karena siksaan batin, kegelapan, perasaan sakit maupun perasaan gagal yang kesemuanya bisa saja terjadi karena ketidakmampuan seseorang dalam melakukan sosialisasi sehingga dianggap melakukan tingkah laku penyimpangan perilaku sosial. Dalam hal ini seorang individu mulai kanak-kanak hingga dewasa mempelajari pola-pola tindakan dari orang-orang disekelilingnya sehingga diharapkan mampu merasakan penderitaan orang lain dan sebaliknya. Dalam hal ini melalui interaksi seseorang dapat melepaskan penderitaan batinnya (bahasa anak mudanya ‘curhat’, apakah itu karena ‘berantem’ dengan pacarnya, permasalahan dengan keluarga atau karena ibu kost yang terus menagih uang kost sementara kiriman dari orang tua belum datang dan sebagainya) dan itu harus terjadi suatu bentuk komunikasi yang bersifat positif (seperti dengan menghindari sifat pelit dalam berteman, toleransi, peka terhadap sekelilingnya dan sebagainya) sehingga penderitaanya dapat hilang atau berkurang. Sebaliknya bila dipandang secara positif berarti penderitaan tersebut ditimbulkan karena sesuatu yang telah dilakukannya. Jadi ada faktor penyebab dan akibatnya. Jadi misalnya si bella terlihat sebagai seorang yang kesepian, maka kita harus mencari sebab mengapa dia menjadi kesepian. Apakah karena minder (fisiknya tidak bagus), merasa miskin, mudah tersinggung dalam berteman atau dinilai pelit sehingga dijauhi oleh teman-temanya yang nantinya akan membuat si bella seperti seorang yang menderita. Setelah dilakukan pengamatan terhadap si bella maka bisa diambil keputusan agar dia harus percaya diri dalam berteman karena otaknya yang pintar, merasa tidak pernah melakukan pencurian dan korupsi uang, tidak bermental cengeng bila disinggung /diolok temannya atau merasa murah hati untuk membeli rokok dan membayarkan ongkos temannya sehingga dia tidak lagi merasa menderita. Kekalutan Mental biasanya dialami oleh berbagai status individu dalam masyarakat. Biasanya terdapat dikota besar, pada anak-anak usia muda dapat saja terjadi bila mengejar sesuatu yang diinginkanya namun kemampuan tidak mencukupi maupun karena rasa cinta kasih yang tak terbalas, kaum wanita yang umumnya terlalu bersikap subjektif dan sering bersikap latah, orang-orang yang tidak beragama dengan contoh berpacaran dengan tidak tujuan untuk menikah sehingga secara fitrah dia tidak pernah merasa tenang, maupun orang-orang yang terlalu mengejar materi dengan perumpamaan dia telah dibohongi oleh orang padahal dia sudah merasa yakin akan mendapatkan materi yang dimaksudkannya sehingga jiwanya menjadi kalut yang kesemua kekalutan mental tersebut akan berdampak negative. Contoh yang menunjukkan bahwa penderitaan tidak selamanya berpengaruh negatif dan merugikan, tetapi dapat merupakan energi pendorong untuk menciptakan manusia-manusia besar. Contohnya ialah penderitaan yang menimpa pemimpin besar umat Islam, yang terjadi pada diri Nabi Muhammad. Ayahnya wafat sejak Muhammad dua bulan di dalam kandungan ibunya. Kemudian, pada usia 6 tahun, ibunya wafat. Dari peristiwa ini dapat dibayangkan penderitaan yang menimpa Muhammad, sekaligus menjadi saksi sejarah sebelum ia menjadi pemimpin yang paling berhasil memimpin umatnya. Tujuan manusia yang paling populer adalah kenikmatan, sedangkan penderitaan adalah sesuatu yang selalu dihindari oleh manusia. Oleh karena itu, penderitaan harus dibedakan dengan kenikmatan, dan penderitaan itu sendiri sifatnya ada yang lama dan ada yang sementara. Hal ini berhubungan dengan penyebabnya. Macam-macam penderitaan menurut penyebabnya, antara lain penderitaan karena alasan fisik, seperti bencana alam, penyakit dan kematian; penderitaan karena alasan moral, seperti kekecewaan dalam hidup, matinya seorang sahabat, kebencian orang lain, dan seterusnya. Semua ini menyangkut kehidupan duniawi dan tidak mungkin disingkirkan dari dunia dan dari kehidupan manusia. Penderitaan dan kenikmatan muncul karena alasan “saya suka itu” atau “sesuatu itu menyakitkan”. Kenikmatan dirasakan apabila yang dirasakan sudah didapat, dan penderitaan dirasakan apabila sesuatu yang menyakitkan menimpa dirinya. Aliran yang ingin secara mutlak menghindari penderitaan adalah hedonisme, yaitu suatu pandangan bahwa kenikmatan itu merupakan tujuan satu-satunya dari kegiatan manusia, dan kunci menuju hidup baik. Untuk mengobati hati yang menderita ini, sebelumnya perlu diketahui tanda- tanda hati yang sedang gelisah (hati yang sakit). Perlu diketahui bahwa setiap anggota badan diciptakan untuk melakukan suatu pekerjaan. Apabila hati sakit maka ia tidak dapat melakukan pekerjaan dengan sempurna ia kacau dan gelisah. Ciri hati yang tidak dapat melakukan pekerjaan ialah apabila ia tidak dapat berilmu, berhikmah, bermakrifat, mencintai Allah dengan menyembah-Nya, merasa erat Hal lain yang menimbulkan derita terhadap seseorang adalah merasakan suatu keinginan atau dorongan yang tidak dapat diterima atau menimbulkan keresahan, gelisah, atau derita. Maka ia pun berusaha menjauhkan diri dari lingkup kesadaran atau perasaannya. Akhirnya, keinginan atau dorongan itu tertahan dalam alam bawah sadar. Namun, sering orang itu mengekspresikan keinginan atau dorongan itu secara tidak sadar atau dengan ucapan yang keliru. Manusia sebagai makhluk berbudaya adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budidayanya untuk menciptakan kebahagiaan. Karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka dapat dikatakan hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya.Sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk ciptaan Tuhan, maka kebaikan, kebenaran, dan keadilan, yang diusahakan itu pun tidak hanya semata-mata untuk dirinya, melainkan juga untuk masyarakat sekitarnya, bahkan juga untuk makhluk yang lain dalam pengertian demi mmemuliakan Tuhan sebagai Sang Pencipta. Seseorang itu disebut berbudaya apabila perilakunya dituntun oleh akal budinya sehingga mendatangkan kebahagiaan bagi diri dan lingkungannyaserta tidak bertentangan dengan kehendak Tuhan. Dengan ungkapan “bermanfaat bagi lingkkungannya” hendaklah ditafsirkan peling tidak, tidak merugikan pihak lain.Jelasnya, untuk mendapatakan maupun menikmati kebahagiaan, manusia yang ingin disebut berbudaya, selalu berusaha tidak mengurangi, apalagi meniadakan sama sekali kebahagiaan pihk lain. Bahkan pihak lain kalau mungkin dapat ikut serta merasakan kebahagiaan itu. Banyak macam kasus penderitaan sesuai dengan liku-liku kehidupan manusia. Penderitaan fisik yang dialami manusia tentulah diatasi secara medis untuk mengurangi atau menyembuhkannya. Sedangkan penderitaan psikis, penyembuhannya terletak pada kemampuan si penderita dalam menyelesaikan soal-soal psikis yang dihadapinya. Semua permasalah dari penderitaan merupakan “resiko” , sehingga enak atau tidak enak, bahagia atau sengsara merupakan dua sisi atau masalah yang wajib di atasi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar